Senin, 02 September 2024

Aplikasi Nyata Modul 1.3 - Disiplin Positif

Aksi Nyata Disiplin Positif dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Latar Belakang

Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik yang lebih menekankan pada pengembangan karakter siswa daripada sekedar hukuman. Dalam lingkungan belajar, penerapan disiplin positif dapat menciptakan suasana yang kondusif, mendorong motivasi intrinsik siswa, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Tujuan

  • Membangun hubungan yang positif antara guru dan siswa
  • Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemandirian siswa
  • Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran
  • Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif

Langkah-Langkah Aksi

  1. Membuat Kesepakatan Kelas Bersama:

    • Ajak siswa untuk bersama-sama merumuskan aturan kelas.
    • Libatkan siswa dalam diskusi untuk menemukan solusi atas masalah yang mungkin timbul.
    • Tampilkan kesepakatan kelas di tempat yang mudah terlihat.
  2. Memberikan Pujian dan Pengakuan:

    • Berikan pujian spesifik atas usaha dan prestasi siswa.
    • Akui perasaan siswa dan berikan empati.
    • Gunakan sistem penghargaan yang positif, seperti bintang, stiker, atau pujian lisan.
  3. Menggunakan Konsekuensi yang Logis:

    • Hubungkan konsekuensi dengan perilaku yang tidak diinginkan.
    • Libatkan siswa dalam menentukan konsekuensi yang sesuai.
    • Fokus pada perbaikan perilaku daripada hukuman.
  4. Mengajarkan Keterampilan Sosial:

    • Lakukan kegiatan-kegiatan yang melatih siswa berkolaborasi, berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah.
    • Gunakan role-playing untuk mempraktikkan keterampilan sosial.
    • Berikan umpan balik yang konstruktif.
  5. Membangun Hubungan yang Positif dengan Orang Tua:
  • Libatkan orang tua dalam proses pembelajaran siswa.
  • Berikan informasi yang positif tentang perkembangan siswa.
  • Jalin komunikasi yang terbuka dengan orang tua.

Contoh Kegiatan

  • Minggu Pertama: Membuat kesepakatan kelas bersama.
  • Minggu Kedua: Melakukan kegiatan ice breaking untuk membangun keakraban.
  • Minggu Ketiga: Memberikan pujian spesifik kepada siswa yang aktif dalam diskusi.
  • Minggu Keempat: Melakukan refleksi bersama tentang perilaku siswa di kelas.

Evaluasi

  • Kuesioner: Kumpulkan umpan balik dari siswa dan orang tua tentang penerapan disiplin positif.
  • Observasi: Amati perubahan perilaku siswa selama penerapan disiplin positif.
  • Wawancara: Lakukan wawancara dengan siswa secara individu untuk mengetahui pendapat mereka.

Penyesuaian

  • Sesuaikan langkah-langkah aksi dengan karakteristik siswa dan kondisi kelas.
  • Lakukan evaluasi secara berkala dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.

Tips Tambahan

  • Tetap Konsisten: Terapkan disiplin positif secara konsisten setiap hari.
  • Jadilah Model: Tunjukkan perilaku yang ingin Anda lihat pada siswa.
  • Berikan Waktu: Perubahan perilaku membutuhkan waktu, jadi bersabarlah.

Contoh Kesepakatan Kelas

  • Kami akan saling menghormati dan menghargai pendapat satu sama lain.
  • Kami akan aktif dalam mengikuti pembelajaran.
  • Kami akan menjaga kebersihan kelas.
  • Kami akan menyelesaikan tugas dengan tanggung jawab.

Ingat: Disiplin positif bukan hanya tentang aturan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang positif dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.

Baca Selanjutnya »»  

Kamis, 15 Agustus 2024

Aplikasi Nyata Modul 1.1

A. Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di Jawa Barat serta SMA Negeri 2 Babelan

Saat ini Pendidikan Indonesia telah mengalami transformasi menuju pendekatan pembelajaran yang lebh berpusat apda siswa dan menerapkan nilai-nilai kebebasan dalam proses belajar mengajar.

1.       Pendidikan sebagai panggilan jiwa

Ki hajar Dewantara mengajarkan bahwa Pendidikan bukan hanyansekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga panggilan jiwa untuk membentuk akrakter dan kepribadian individu. Pemikiran ini relevan dalam Pendidikan Indonesai modern yang semakin mengedepankan pembentukan karakter, nilai-nilai moral dan kepemimpinan

2.       Pendidikan untuk kemandirian

Ki hajar Dewantara sangat vocal dalam memperjuangkan Pendidikan yang membebaskan bangsa dari penjajahan pikiran. Hal ini relevan dengan tantangan Pendidikan saat ini di Indonesia yang berusaha untuk membangun generasi yang mandiri, kreatif, dan inovatif.

3.       Pendidikan Demokratis

Ki hajar Dewantara memperjuangkan Pendidikan yang demokratis, dimaan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan Pendidikan yang berkualitas. Di sekolah saya konsep ini tercermin dalam Upaya untuk emnciptakan lingkungan belaajr yang inklusif dan adil bagi semua siswa.

4.       Pengembangan Bahasa dan kebudayaan Indonesia

Sebagai pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya penggunaan dan pengembangan Bahasa Indonesia serta kebudayaan Indonesia dalam Pendidikan.. Di sekolah saya hal ini tercermin dalam Upaya untuk memperkuat identitas budaya local dan nasional melalui kurikulum dan kegiatan ekskul tari.

5.       Pendidikan sebagai sarana transformasi social

Pemikiran Ki Hajar dewnantara tentang Pendidikan sebagai sarana untuk mengubah Masyarakat dan emnciptakan perubahan social positif masih relevan dalam konteks Pendidikan saat ini, Dimana Pendidikan diharapkan dapat memberdayakan individu untuk berkntribusi pada Pembangunan social dan ekonomi bangsa.

B. Melihat pada diri sendiri sebagai seorang pendidik setelah mempelajari materi

Menghamba pada anak yaitu menghormati, memuliakan, dan memberikan layanan terbaik bagi mereka. Serta  sebagai pamong yang dapat mendidik sesuai minat dan potensi yang dimiliki anak.

C. Perubahan yang Bapak/Ibu lihat pada murid-murid Bapak/Ibu setelah mempelajari materi

Setelah mempelajari modul ini saya dapat mulai dengan memberikan lebih banyak ruang bagi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, emndorong kreativitas dan menghargai keberagaman. Saya juga dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran saya agar lebih mengakomodasi kebutuhan dan perkembangan individu setiap peserta didik sambil tetap mempertimbangkan nilai-nilai luhur budaya lokal.

Baca Selanjutnya »»